BMH Bojonegoro

Bahagia Dengan Silaturrahim

“ Tahukah kalian sesuatu yang paling cepat mendapatkan kebaikan dan keburukan?’Sesuatu yang paling cepat mendatangkan kebaikan adalah balasan (pahala) orang yang berbuat kebaikan dan menyambung tali silaturrahim, sedangkan yang paling cepat mendatangkan keburukan adalah balasan (siksaan) bagi orang yang berbuat jahat dan memutuskan tali persaudaraan”. ( HR. Ibnu Majah )
silaturrahim tidak sekedar menyentuhkan tangan dan memohon maaf belaka. Ada sesuatu yang lebih hakiki dari semua itu, yaitu aspek mental dan ketulusan hati. Hal ini seusai dengan asal kata silaturrahim yaitu ‘silat’ atau wasl, yang berarti menyambung atau menghimpun, dan ‘ar-rahim’ yang berarti kasih sayang. Makna menyambungkan menunjukkan sebuah proses dari sesuatu yang asalnya tidak tersambung. Menghimpun biasanya mengandung makna sesuatu yang tercerai berai dan berantakan, menjadi sesuatu yang bersatu dan utuh kembali. Tentang hal ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “ Yang disebut silaturrahim bukanlah seseorang yang membalas kunjungan atau pemberian, melainkan bersilaturrahim itu menyambungkan apa yang telah putus.” ( HR. Bukhari ).
Oleh karena itu, menjadi sangat penting bagi kita untuk manyadari bahwa silaturrahim tidak hanya merekasa gerak-gerik tubuh, namun harus melibatkan aspek hati. Dengan kombinasi bahasa tubuh dan bahasa hati, kita akan mempunyai kekuatan untuk bisa berbuat lebih baik dan lebih bermutu daripada yang dilakukan orang lain terhadap diri kita.
Kalau orang lain mengunjungi kita, kemudian kita membalas mengunjunginya, ini tidak memerlukan kekuatan mental yang kuat. Namun, bila ada orang yang tidak pernah bersilaturrahim kepada kita, lalu dengan sengaja kita mengunjunginya, maka inilah yang disebut silaturrahim. Apalagi kalau kita bersilaturrahim dengan orang yang jelas-jelas membenci kita atau seseorang yang dengan sengaja menghindari pertemuan dengan kita, lalu kita mengupayakan diri untuk bertemu dengannya. Inilah silaturrahim yang sebenarnya.
Silaturrahim bukan Sekedar Formalitas
Ada sebagian orang melakukan silaturrahim karena kepentingan-kepentingan tertentu. Dan dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Silaturrahim ini lebih berorientasi untuk kepentingan sesaat, politis dan cenderung untuk mendapatkan kekuasaan. Sehingga, setelah kepentingan dan tujuannya terpenuhi, tidak sedikit yang memutuskan. Seakan-akan lupa dan tidak pernah ada. Inilah bentuk silaturrahim formalitas. Hadir ketika ada maksud, meninggalkan dan memutuskan ketika sudah terpenuhi dan berhasil. Na’udzubillah
Muhammad Baqir Radhiyallahu anhu pernah mendapat wasiat dari ayahnya Imam Zainul Abidin Radhiyallahu anhu. Ia (kata Baqir) telah berwasiat kepadaku, “Janganlah duduk bersama lima jenis manusia, jangan berbicara kepada mereka, bahkan jangan berjalan bersama mereka, meskipun tidak disengaja”.
Pertama, Orang Fasik. Karena ia akan menjualmu hanya untuk sesuap makanan. Kedua, Orang Bakhil. Karena ia akan memutuskan hubungan di saat kita kita memerlukan. Ketiga, Pembohong. Karena ia akan senantiasa menipumu. Keempat, Orang Bodoh. Karena ia berkeinginan memberikan manfaat bagimu, namun karena kebodohannya, ia jutru merugikanmu. Kelima, Orang yang memutuskan tali silaturahim. Karenanya, janganlah berdekatan dengannya”.
Silaturrahim formalitas lebih mengedepankan bahasa badan. Ada rekayasa-rekayasa agar terlihat baik dan sempurna dari faktor penampilan, sehingga sering sekali menjadikan obyeknya tertipu dan terkecoh. Apalagi ada rangsangan-rangsangan berupa materi atau apapun yang menjadikan orang bisa menerima kedatangannya. Dengan adanya kecanggihan teknologi, orang juga sering meremehkan silaturrahim dengan hanya berkirim SMS dan chating melalui jejaring sosial facebook dan twiter. Tidak jarang juga dengan SMS banyak menimbulkan kesalahpahaman, karena bahasa yang tidak dimengerti. Sehingga menimbulkan masalah yang berujung pada hubungan yang kurang baik. Bahkan ada ungkapan yang sudah umum ‘silaturrahim tidak harus ketemu’. Meskipun itu boleh, dari pada sama sekali tidak nyambung, akan tetapi belum memenuhi dua unsur, ketemunya aspek badan dan hati kita ketika bersilaturrahim.
Silaturrahim yang Membahagiakan
Tujuan sebenarnya silaturrahim adalah mampu mendatangkan sebuah kebahagiaan, baik terhadap orang yang mendatangi maupun yang didatangi. Banyak hal yang didapatkan ketika bersilaturrahim. Masalah yang awalnya ruwet bisa mencair, hubungan yang terlihat kaku dan canggung, akan lebih rekat dan mesra kembali, prasangka-prasangka buruk yang muncul, akan terbuka dan terselesaikan dengan silaturrahim. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan pahala yang besar bagi orang yang gemar menyambung silaturrahim dan yang berhubungan dengan itu.
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“ Maukah aku tunjukkan amalan yang pahalanya lebih besar dari pahala shalat dan shaum? Tanya Rasul kepada para sahabat. “Tentu saja”, jawab mereka. Beliau kemudian menjelaskan, “Engkau damaikanlah yang bertengkar, menyambungkan persaudaraan yang terputus, mempertemukan kembali saudara-sudara yang terputus, menjembatani berbagai kelompok dalam Islam, dan mengukuhkan tali persaudaraan diantara mereka amal saleh yang besar pahalanya. Barang siapa yang inging dipanjangkan umurnya dan diluaskan rezkinya, hendaklah ia menyambungkan tali silaturrahim.” ( HR. Bukhari & Muslim )
Selain itu, orang yang menyambung silaturrahim juga akan mendapatkan balasan berupa : Mendapatkan ridho Allah SWT. Membuat orang yang dikunjungi berbahagia. Hal ini amat sesuai dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, “Amal yang paling utama adalah membuat seseorang berbahagia.” Menyenangkan malaikat, karena malaikat juga sangat senang bersilaturahmi. Disenangi oleh manusia. Membuat iblis dan setan marah. Memanjangkan usia. Menambah banyak dan berkah rejekinya. Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama, meningkatkan rasa kebersamaan dan rasa kekeluargaan, mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan. Menambah pahala setelah kematiannya, karena kebaikannya (dalam hal ini, suka bersilaturahim) akan selalu dikenang sehingga membuat orang lain selalu mendoakannya.
Khatimah
Tidak ada silaturrahim yang membahagiakan tanpa didasari niat yang ikhlas karena mencari ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kebahagiaan dari silaturrahim bisa diperoleh karena berorientasi pada ketaqwaan kita kepada Allah. sebagaimana firman-Nya:
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.(QS. An-Nisa’ (4) : 1)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga akan memasukan surga dengan selamat, ketika kita mampu menyambung silaturrahim. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam: “Wahai manusia sebarkanlah salam dan berikanlah makanan ( sodaqah ) dan sambunglah silaturrahim dan sholatlah diwaktu malam ketika manusia yang lain tertidur, kalian akan masuk ke surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah ).
Wallahu a’lam bishshawab


Jika Anda Menyukai Artikel Blog ini, Masukan Alamat Email Anda Pada Kolom di Bawah, Maka Anda Akan Mendapatkan Kiriman Email Setiap Kali Ada Posting Baru. Terima Kasih Atas Partisipasinya:


JANGAN LUPA CEK EMAIL ANDA UNTUK VERIFIKASI BERLANGGANAN VIA EMAIL

0 komentar:

Posting Komentar

Demi kemajuan kami, silahkan beri komentar anda..!

Suara Hidayatullah Pendidikan Islam Jaringan Masyrakat Bertauhid Jaringan Masyrakat Bertauhid