BMH Bojonegoro

Gusti Allah Ora Sare

Ketika itu waktu sudah pukul 11 dia baru saja keluar dari kantor, kerjaan yang begitu menumpuk membuatnya harus bekerja hingga larut malam. Hatinya terus menggerutu penuh kejengkelan akan beratnya hidup. Beberapa langkah dia berjalan warna langit tampak hitam kemerahan, rintik hujan mulai turun dan semakin deras. “apes – apes sial banget aku malem ini”dia menggerutu. Dia merasa lengkap sudah penderitaannya, badan yang lelah ditambah “acara” kehujanan segala. Setengah berlari karno mencari tempat untuk berteduh.

Untunglah penjual nasi goreng mangkal dipojok jalan, dengan tenda biru, tirai yang kumuh dan lampu yang temaram, lumayan, pikirnya. Dijumpai bapak penjual yang sendiriaan, begitu melihat karno bapak itu mempersilahkan duduk. “Disini saja mas dari pada kehujanan”, begitu katanya. Benar saja hujan mulai lebat, karno duduk di kursi dampar yang panjang khas pedagang kaki lima, merasa tidak enak, dengan kebaikan bapak itu, dia memesan nasi goreng sekedar mengisi perutnya yang ngilu kelaparan. “bikini saya nasi goreng pak dimakandisini saja” katanya.

Sang bapak tersenyum lalu penyalakan tungku apinya. Dia tampak sibuk dengan penggorengan dan botol botol bumbu yang telah siap untuk diracik, tampaklah pertunjukan yang bapak paruh baya itu begitu cekatan, sebuah pengalaman yang tak mungkindidapat dlam waktu singkat. Tangannnya begitu cekatan sekali raih botol kecap dan bumbu dituang, segera saja nasi goreng, dengan kerupuk udang dan asapnya yang mengepul gurih terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai mencair, sembari menikmati sepiring nasi goreng dihadapannya, Karno pun bosa –basi bertanya. “ sekarang sering hujan ya pak deras lagi, orang – orang makin jarang keluar ya pak ?” sambil menoleh sambil terbatuk kecil bapak itu berkata, “Iya dik, jadi sepi dagangan saya..”. katanya sambil mengelap piring piring di rak geobakny yang kusam. “Kalau hujan begini, jadi jarang yang beli ya pak?” kata Karno “Wah, rezekinya jadi berkuarnag dong pak ?”.
Karno tersentak, dia menyadari tidak seharusnya dia bertanya seperti itu, tentu saja, tak banyak yang membeli saat hujan seperti ini. Tentu pertanyaan tadi hanya akan membuat hati bapak itu sedih. Namun agaknya Karno keliru, “Gusti Allah ora sare dik, (Allah itu tidak pernah tidur), begitu kata sang bapak menjawab. “Rezeki saya ada dimana – mana, saya malah senang kalau hujan deras begini, istri dan anak sulung saya di kampong psti dapat mengairi buat sawahku disana. Yahh, walupun nngak lebar tapi lumayan lah tanahnya.” Bapak itu melanjutkan, “ anak saya yang disini pasti bisa ngojek paying kalau besuk masih hujan..”.

Degh karno tersentak, omongan bapak itu seakan petir disiang bolong, Bapak itu benar “Gusti Allah ora sare”. (allah itu gak pernah tidur) Allah memang maha kuasa, yang tidak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Karno tersadar selama ini dia telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang dia pegang selama ini seperti tak ada artinya didepan perkataan sederhana seorang penjual nasi goreng di pinngiran jalanitu. Maknanya terlampau dalam, membuatKarno banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.
Selama ini Karno selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak hal. Krno juga selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakannya.

Krno menyadari selama ini dia memang keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong mobil yang mogok.

Hmm…karno makin bergegas untuk menyelesaikan nasi goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak dibenak karno. "Ya Allah, engkau memang maha yang tak Pernah beristirahat" Untunglah,hujan telah reda, dan karnopun telah selesai makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Gusti Allah Ora Sare ….. Gusti Allah Ora Sare…..

Begitulah dia merasa banyak jalan yang dilakukan Allah untuk mengingatkan hamban-Nya. Semenjak saat ituKarno lebih berhati-hati, keyakinan dalam hatinya akan pengawasan Allah membuat dia mawas diri dalam bertindak.dan itu juga yang ditanamkan dalam hati istri dan buah hatinya bahwa Gusti Allah ora sare.

Oleh : Agung Budiono
Santri PPAS AL Mubarok Bojonegoro



Jika Anda Menyukai Artikel Blog ini, Masukan Alamat Email Anda Pada Kolom di Bawah, Maka Anda Akan Mendapatkan Kiriman Email Setiap Kali Ada Posting Baru. Terima Kasih Atas Partisipasinya:

JANGAN LUPA CEK EMAIL ANDA UNTUK VERIFIKASI BERLANGGANAN VIA EMAIL

0 komentar:

Posting Komentar

Demi kemajuan kami, silahkan beri komentar anda..!

Suara Hidayatullah Pendidikan Islam Jaringan Masyrakat Bertauhid Jaringan Masyrakat Bertauhid