BMH Bojonegoro

Jangan Pernah Berhitung dengan Allah

Ibu Derni Irawati adalah tujuh bersaudara dan semua masih usia sekolah ketika ayahnya harus menghadap Allah SWT setelah berjuang melawan kangker usus besar. Saat itu ibunya sedang tidak bekerja karena harus merawat ayah selama 3 tahun sehingga terhitung cuti di luar tanggungan negara, dan berakibat harus melepas status PNS sebagai guru SLTP di Surabaya.
Alhamdulillah, ibu kami tidak terlalu lama larut dalam kesedihan. Beliau langsung bangkit dan mengambil keputusan untuk menghidupi ketujuh putranya dengan membuat kue-kue yang di titipkan di kantin-kantin sekolah, ujarnya.

Masih jelas dalam ingatan semua itu terjadi di pertengahan tahun 1974, kami semua dilibatkan untuk membantu beliu, jam 3 pagi ibu sudah bangun dan menghadapi kompor dengan berbagai jenis kue yang diolahnya. Kemudian menjelang maghrib ibu pulang, kemudian kami bersama-sama menghitung uang recehan dan dibungkus kertas sambil ditulis berapa jumlah uang didalamnya. Tidak terlalu banyak penghasilan ibu perharinya” katanya. Yang membuat kami tak habis pikir dengan penghasilan yang minim seperti itu beliau selalu menyisihkan uang khusus di satu amplop di setiap awal bulan, beliau bahwa itu adalah hak anak-anak yatim yang membutuhkan (bukannya kami juga anak-anak yatim?) pikirku dalah hati, beberapa saudara juga mengingatkan bahwa ibu tidak wajib mengeluarkan infaq atau shodaqoh, karena kami sendiri masih membutuhkan banyak biaya. Tapi jawabannya selalu sama dan melekat dalam ingatan saya, ”Jangan pernah berhitung dengan Allah, ndak nyampe hitungan kita dengan perhitunga-Nya”

Subhanallah, saat ini kelima putra-putrinya yang masih hidup dikaruniai kehidupan yang damai. Kami berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi negeri. Sementara ibu kami di usianya yang ke-76 alhamdulillah masih sehat bugar. Pesan beliau untuk tidak pernah berhitung dengan Allah saya coba terapkan dalam kehidupan, subhanallah, memang perhitungan manusia tidak pernah bisa menandingi perhitungan Allah. Ketika suami sedang menempuh pendidikan spesialis secara swadana (karena bukan pegawai negeri) dengan tiga orang anak, hitungan kami tampaknya tidak mungking meniyisihkan uang untuk infaq atau shodaqoh karena biaya hidup hampir sepenuhnya menjadi tanggunangan saya untuk sementara waktu. Tetapi ibu selalu mengingatkan untuk tetap berinfaq dan memikirkan anak-anak yatim. Dan diatas izin Allah, kami dapat melalui masa-masa penuh tantangan serta semakin yakin bahwa perhitungan Allah memang sering tidak masuk akal manusia.

Di ceritakan Oleh:
Derni Irawati
Jl. Dr. Sutomo Gg. Makam Sedeng

Abdul Qohar
www.abdulqohar.co.cc



Jika Anda Menyukai Artikel Blog ini, Masukan Alamat Email Anda Pada Kolom di Bawah, Maka Anda Akan Mendapatkan Kiriman Email Setiap Kali Ada Posting Baru. Terima Kasih Atas Partisipasinya:

JANGAN LUPA CEK EMAIL ANDA UNTUK VERIFIKASI BERLANGGANAN VIA EMAIL



0 komentar:

Posting Komentar

Demi kemajuan kami, silahkan beri komentar anda..!

Suara Hidayatullah Pendidikan Islam Jaringan Masyrakat Bertauhid Jaringan Masyrakat Bertauhid